Vaksin Covid
Vaksin Covid-19 AstraZeneca disebut bisa memicu efek samping thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS). Apa itu?
AstraZeneca merupakan salah satu merk vaksin Covid-19 yang dipakai di Indonesia. Di sejumlah media dikabarkan bahwa dalam sebuah dokumen pengadilan AstraZeneca mengakui bahwa vaksin Covid buatannya menyebabkan efek samping yang langka.
Perusahaan farmasi raksasa tersebut digugat atas klaim bahwa vaksinnya itu, yang dikembangkan di Universitas Oxford, menyebabkan kematian serta cedera serius pada beberapa kasus.
Pada Februari, gugatan pertama dilayangkan ke Pengadilan Tinggi Inggris oleh Jamie Scott, seorang pria beranak dua yang mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu pada April 2021. Akibatnya, Jamie tidak dapat bekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AstraZeneca membantah hal tersebut, namun mengakui dalam dokumen legal pada Februari bahwa ada kemungkinan sangat langka bahwa vaksin COVID mereka dapat menyebabkan TTS.
"Diakui bahwa vaksin AZ dapat menyebabkan TTS pada sebagian kecil kasus-kasus tertentu. Mekanisme penyebabnya tidak diketahui," kata perusahaan itu dalam dokumennya seperti diberitakan Antara.
"Selain itu, TTS dapat terjadi tanpa adanya vaksin AZ. Penyebab di kasus perorangan tergantung pada bukti ahli," ujar mereka.
Apa itu TTS?
Terlepas dari efek samping vaksin Covid AstraZeneca, apa itu TTS?
Melansir Health Direct, TTS adalah sindrom yang sangat langka. Ini terjadi ketika seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) dan jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia).
Penyakit ini juga disebut sebagai 'trombositopenia trombotik imun yang diinduksi vaksin' (VITT). Trombosis adalah pembentukan bekuan darah, yang dapat mengurangi aliran darah normal di pembuluh darah yang terkena.
Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana tidak terdapat cukup trombosit dalam darah. Trombosit biasanya membantu darah membeku atau menggumpal, sehingga menghentikan pendarahan berlebihan.
TTS sendiri merupakan efek samping yang sangat langka yang terlihat pada beberapa orang setelah mendapatkan vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Risiko TTS sedikit lebih tinggi pada orang yang berusia kurang dari 60 tahun. Penggumpalan darah dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, antara lain:
- Otak (disebut trombosis sinus vena serebral, atau CVST)
- Perut (trombosis vena splanknikus)
- Paru-paru (emboli paru)
- Vena ekstremitas (trombosis vena dalam DVT), dan arteri (trombosis arteri).
Kemenkes buka suara
![]() |
Kementerian Kesehatan juga telah buka suara soal ramainya efek samping TTS dari vaksin AstraZeneca.
Masyarakat dinilai tidak perlu khawatir, karena vaksinasi AstraZeneca sudah disuntikkan ke lebih dari 1 miliar orang di dunia dan 'hanya' tercatat sekitar seribu kasus yang mengalami efek TTS.
Mereka yang terkena efek pembekuan darah imbas TTS umumnya dilaporkan memiliki penyakit bawaan atau penyakit penyerta.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi memastikan hingga saat ini belum ada laporan kasus serupa di Indonesia.
"Ini kejadian sangat jarang dan bisa dipengaruhi faktor ras, genetik. Di Indonesia belum ada laporan terkait TTS ini," kata Nadia mengutip detik.
Nadia mengatakan, saat vaksin mendapatkan izin edar maka sudah melalui penelitian empat tahap, mulai dari uji coba lab, hewan, dan manusia, dan dilihat manfaatnya jauh lebih besar dari efek sampingnya.
"Jadi lebih banyak manusia yang selamat dari kematian dan sakit berat dibandingkan yang mengalami efek samping," sambung dia.
Meski begitu, Nadia menyebut efek samping TTS dari vaksin AstraZeneca itu tetap perlu diwaspadai. Karenanya, orang dengan kriteria kondisi hamil, hingga memiliki penyakit tertentu tidak disarankan ikut menerima vaksin Covid-19 tersebut.
下一篇:FOTO: Keseruan Festival Berendam Lumpur di Brasil
相关文章:
- VIDEO: Pesona Warna
- Anggota Polsek Palmerah yang Teriak Padang Pelit ke Warga Bikin Laporan Kehilangan Dipatsus
- Kebakaran di Manggarai Hanguskan Belasan Rumah, Warga Coba Cari Barang yang Bisa Diselamatkan
- Dibuang Ortunya, Bayi Perempuan di Cengkareng Ditemukan Abang Ojol Sudah Dikerumuni Semut
- Kementerian UMKM Ciptakan Ekosistem Terlindungi Bagi Usaha Mikro, Termasuk Mudahkan Legalitas
- Dalih Kebelet Kecing, Pria di Tambora Cabuli Bocah Tetangga
- Gandeng Mahfud MD, Teten Serius Tindak Koperasi Nakal
- Jangan Asal, Ini 7 Cara Minum Kopi yang Menyehatkan
- Cara Makan Croissant yang Slay Menurut Ahli Etiket
- Dampak Kasus Relokasi SDN Pondok Cina 1 Bikin Siswanya Jadi Korban Perundungan
相关推荐:
- Catat, 3 Warna Ini Bisa Bawa Keberuntungan di Tahun Naga Kayu 2024
- Rombongan Pemotor Diduga Balap Liar di JLNT Casablanca, Siap
- Diguyur Hujan Lebat Sejak Sore, Empat Ruas Jalan di Jakarta Kebanjiran
- BSU di Ponorogo Tersalurkan 99,84%, Petugas Pos Antarkan Dana hingga ke Rutan
- Lolos Pemeriksaan Bandara, Wanita Ini Terbang 2.858 KM Tanpa Tiket
- Ahli Waris 12 Korban Kecelakaan KM 58 Tol Jakarta
- Wakil Ketua DPR Minta Polisi Tuntaskan Kasus Dugaan Investasi Bodong
- JPMorgan: Hashrate Bitcoin Naik 2% di Mei 2025
- Hari Internasional Memerangi Bullying, Kemeja Pink Jadi Tanda Dukungan
- Strategy Diam
- Tata Cara Ziarah Kubur Sebelum Puasa
- Penumpang Tarik Rem Darurat Usai Stasiun Tujuan Terlewat Gegara Tidur
- Bamus DPRD DKI Jakarta Kebut Pembahasan 3 Raperda dalam Satu Bulan
- Berita Duka! Petrus Turang Uskup Agung Kupang Tutup Usia, Ini Kiprahnya
- 5 Makanan yang Dilarang Dikonsumsi Penderita Kencing Manis
- Desakan THR Driver Ojol Menggema: Kesejahteraan atau Ancaman bagi Industri?
- VIDEO: Nikmat Meneguk Kopi Ditemani Para Anabul di Kafe Kucing Irak
- Update Korupsi PDNS, Kejari Jakpus Tetapkan 5 Tersangka: Ada Eks Dirjen Kominfo!
- 3 Resep Martabak Mini Manis Aneka Rasa untuk Camilan di Rumah
- Desakan THR Driver Ojol Menggema: Kesejahteraan atau Ancaman bagi Industri?